Bagi sebagian pembaca, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah tersebut. Sejak lahir, sengaja maupun tidak, kita tidak pernah lepas dari bahan bakar fosil ini. Mulai dari bahan bakar mesin transportasi, listrik yang menerangi rumah kita, listrik yang memungkinkan kita membaca artikel ini melalui komputer, tablet, dan sebagainya. Bahkan produk sampingannya ini juga digunakan untuk keperluan lain seperti misalnya aspal jalan depan rumah kita. Lalu apa sih sebenarnya bahan bakar fosil itu? Dari mana asalnya? Mengapa kita sangat tergantung pada bahan bakar yang satu ini? Apakah ada penggantinya?…….Mari kita bahas bersama satu persatu..
Apa sih bahan bakar fosil itu? bagaimana terbentuknya?
Bahan bakar fosil adalah bahan bakar yang berasal dari penguraian komponen organik, yaitu tumbuhan atau binatang. Tumbuhan dan binatang yang mati sedikit demi sedikit tertutupi oleh lapisan material endapan atau sedimen (sediment). Lapisan endapan yang semakin lama semakin tebal membuat tekanan dan temperatur meningkat. Dua parameter ini berperan penting untuk pembentukannya. Proses perubahan sisa bahan organic ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama.
Energi yang tersimpan
Bahan bakar fosil merupakan senyawa hidrokarbon, dimana penyusun utama senyawa ini adalah unsur Karbon (Carbon, symbol kimia: C) dan Hidrogen (Hydrogen, symbol kima: H). Karbon dan Hidrogen membentuk ikatan kimia yang kuat. Ikatan kimia ini menyimpan energy yang dapat dilepaskan dengan cara membakarnya (me-reaksikan) dengan Oksigen. Pembakaran ini melepaskan energy yang terkandung didalamnya, dengan menghasilkan Karbon dioksida dan air sebagai produk utama. Energi dari hasil pembakaran inilah yang kita manfaatkan untuk mencukupi kebutuhan manusia, seperti pembangkit listrik, menjalankan mesin mobil, memasak, dan sebagainya.
Apa saja macam bahan bakar fosil?
Secara umum bahan bakar fosil dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu batubara, minyak bumi dan gas alam.
Batubara
Batubara termasuk dalam golongan batuan sedimenter. Batubara berasal dari alga maupun sisa-sisa tumbuhan lain. Batubara mulai terbentuk sekitar 300-360 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa tumbuhan tersebut menumpuk untuk kemudian tertutupi dengan lapisan sedimen lain diatasnya. Karena rentang waktu yang lama, lapisan sedimen semakin bertambah dan memberikan tekanan yang terus menerus naik secara perlahan. Proses ini disebut juga sebagai coalification atau pembatubaraan, dimana sisa-sisa tumbuhan tersebut mengalami degradasi dan oksidasi. Rentang waktu yang lama mengurangi kandungan air, metana, dan karbon dioksida, sehingga terjadi peningkatan relatif unsur karbon.
Secara umum, batubara diklasifikasikan menjadi 4 (empat) golongan berdasarkan nilai karbon-nya. Ke-empat golongan tersebut adalah: Lignite, Sub-Bituminous, Bituminous dan Anthracite. Kandungan karbon dari keempat jenis batubara tersebut berbeda dikarenakan beberapa faktor seperti, tekanan, kalor, asal tumbuhan dan lama proses pembatubaraan. Sebelum menjadi batubara, sisa-sisa tumbuhan tersebut berubah menjadi peat atau gambut. Gambut, pada tingkat tertentu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan densitas energi yang masih lebih kecil dari batubara, dan hanya untuk keperluan terbatas.
Manfaat batubara dan jenis-jenisnya
Lignite
Lignite atau sering juga disebut sebagai brown coal karena warnanya yang kecoklatan adalah batubara dengan kandungan karbon 25%-35%. Lignite merupakan tingkatan batubara paling rendah dan tekstur yang mudah hancur dibanding jenis batubara lainnya. Mayoritas sumberdaya batubara dunia adalah golongan ini.
Batubara jenis ini juga memiliki kandungan volatile matter atau material tidak stabil relatif tinggi. Batubara jenis ini juga banyak dikonversi menjadi gas ataupun minyak cair. Lignite juga sangat mudah teroksidasi sehingga menurunkan kualitasnya dan juga berpotensi besar untuk ter-swabakar (spontaneous combustion).
Lignite juga merupakan batubara yang sering digunakan sebagai bahan baku Briket batubara
Sub-Bituminous
Batubara Sub-bituminous memiliki kandunga karbon sekitar 35%-45% dan berada diantara Lignite dan Bituminous. Batu bara ini sering digunakan untuk bahan bakar pembakit listrik tenaga uap (PLTU).
Bituminous
Bituminous memiliki tekstur yang relatif soft dengan kandungan karbon sekitar 45%-86%. Batubara jenis ini biasanya diklasifikasikan lagi menjadi steam coal yang digunakan untuk bahan bakar PLTU dan metallurgical coal sebagai bahan baku peleburan baja.
Anthracite
Anthracite atau sering disebut juga hard coal mempunyai kandungan karbon paling tinggi (86%-98%) dengan jumlah cadangan paling kecil di dunia. Jumlah cadangan anthracite diperkirakan hanya sekitar 1% dari seluruh cadangan batubara dunia. Batubara jenis ini digunakan untuk pembangkit listrik dan bahan baku peleburan baja.
Batubara termasuk sumber daya alam yang berlimpah dan mudah diperoleh
Data dari US Energy Information Administration menunjukkan bahwa cadangan batubara dunia saat ini berjumlah sekitar 1156 milyar ton. Dari jumlah tersebut 75% dimiliki oleh 5 negara yaitu, Amerika Serikat (22%), Rusia (15%), Australia (14%), China (14%), India (10%).
Proses eksplorasi dan eksploitasi batubara juga tergolong lebih mudah dibanding bahan bakar fosil lainnya. Batubara pada umumnya juga tidak memerlukan pengolahan yang kompleks seperti halnya gas alam dan minyak bumi.
Sumberdaya batubara di Indonesia
Menurut worldometer, Indonesia memiliki cadangan terbukti batubara sebesar 24,91 milyar ton (tahun 2016). Jumlah tersebut berada di urutan ke-11 dunia dan merupakan 2% dari seluruh total cadangan batubara dunia. Disisi lain, Indonesia menempati urutan ke-5 dari segi jumlah eksploitasi tahunan (502 ribu ton batubara/tahun). Dengan asumsi kapasitas eksploitasi dan jumlah cadangan tersebut, diperkirakan batubara Indonesia akan habis 243 tahun lagi. Sebagian besar batubara tertambang di-ekspor ke luar negeri (80%), sisanya digunakan untuk beberapa tujuan di dalam negeri, terutama pembangkit listrik.
Penambangan dan eksploitasi batubara
Ada dua jenis metode penambangan batubara, yaitu, penambangan terbuka dan bawah tanah. Pada penambangan terbuka, lapisan tanah digali atas (overburden) digali untuk meng-ekspos lapisan batubara. Sedangkan pada penambangan bawah tanah, terowongan bawah tanah dibuat sedemikian rupa sampai untuk membuat akses ke lapisan batubara. Metode penambangan batubara bawah tanah
Minyak Bumi
Minyak bumi berasal dari plankton atau organisme hidup yang terhanyut di laut maupun air tawar.
Gas Alam
Seperti halnya minyak bumi, gas alam berasal dari plankton atau organisme hidup yang terhanyut di laut maupun air tawar.
Batubara berasal dari sisa-sisa tumbuhan purba yang mati, sedangkan minyak bumi dan gas alam berasal dari plankton, atau organisme yang hidup terhanyut di laut atau air tawar. Plankton dapat berupa hewan (zooplankton) atau tumbuhan (fitoplankton). Proses pembetukannya tidak terjadi dalam waktu yang singkat, tapi memerlukan waktu yang sangat lama, antara puluhan sampai ratusan juta tahun.
Proses pengambilan dari dalam perut bumi, pengolahan, transportasi sampai pembakaran bahan bakar ini menimbulkan dampak lingkungan yang besar. Efek gas rumah kaca adalah dampak lingkungan yang paling berbahaya dari exploitasi dan penggunaan bahan bakar fosil. Untuk itu, diperlukan alternatif, terutama untuk menggantikan bahan bakar ini sebagai sumber energi.